Kamis, 27 September 2012

Michael Bolton Said I Love You But I Lied


You are the candle and love’s the flame
A fire that burns through wind and rain
Shine your light on this heart of mine
Till the end of time
*courtesy of LirikLaguIndonesia.Net
You came to me like the dawn through the night
Just shining like the sun
Oh out of my dreams and into my life
You are the one, you are the one
Said i love you but i lied
Cause this is more than love i feel inside
Said i love you but i was wrong
Cause love could never ever feel so strong
Said i love you but i lied
With all my soul i’ve tried in vain
How can mere words my heart explain
This taste of heaven so deep so true
I’ve found in you
So many reasons in so many ways
My life has just begun
I need you forever and i need you to stay
You are the one, you are the one
Said i love you but i lied (said you love me but you lied)
Cause this is more than love i feel inside
Said i love you but i was wrong (oh yeah)
Cause love could never ever feel so strong
Said i love you but i lied
You came to me like the dawn through the night
Just shining like the sun (shining like the sun)
Out of my dreams and into my life
You are the one, you are the one
Said i love you but i lied (said i love you but i lied)
Cause this is more than love i feel inside (i feel inside)
Said i love you but i was wrong (said i love you but i’m wrong)
Cause love could never ever feel so strong
Said i love you (said i love you)
But this is more than love i feel inside
Said i loved you but i lied

CINTA ORANG KETIGA


Bandung masih saja terlihat sama . Masih sama seperti ketika empat tahun yang lalu saya meninggalkannya. Meski cukup banyak perubahan yang terjadi di sana-sini, Bandung masih sama. Aroma kenangan masih terasa dalam setiap derap langkah saya.
Ciwalk, 10.13 AM
Saya berjalan menyusuri tiap blok toko pernak-pernik. Mencari sesuatu yang mungkin menarik. Yang mungkin bisa membuat saya simpatik. Tiba-tiba mata saya menangkap sebuah benda unik. Membuat kenangan kembali memercik.
“Empat puluh dua ribu lima ratus. Terima kasih.”kata kasir seraya menyerahkan sebuah bungkusan. Di dalam bungkusan itu berjuta kenangan saya tentang Bandung tersimpan. Masih lekat dalam ingatan bagaimana dia memberikan. Dan lalu setelah sekian lama harus saya kembalikan. Hanya karena sebuah pengakuan.
Saya beri nama Miiko, pemberian itu. Boneka kucing mungil dengan matanya yang biru. Saya tak pernah suka boneka kecuali itu. Boneka kucing bermata biru. Yang tatapannya haru. Seperti tatapan saya saat melepaskannya kembali kepada yang memberikannya dulu.
Cicaheum, 01.22 PM
Hujan rintik mulai menderas. Membuat saya harus berteduh di sebuah teras. Saya bingung akan ke mana. Tak tahu harus naik apa. Tiba-tiba di hadapan saya berhenti sebuah angkutan kota. Warnanya merah muda. Tanpa berpikir untuk kali kedua, saya menaikinya.
Saya menghempaskan diri di kursi sebelah supir. Berharap dapat membuat semua penat pergi terusir. Lalu menyalakan sebatang rokok untuk menghangatkan diri. Dan mendengar sang supir menasehati.
“Merokok nggak baik untuk kesehatan, Non !”tegur supir itu. Bahasa Indonesianya kaku. Namun, suaranya terdengar sama. Sama seperti dia. Tiba-tiba saya jadi mengingatnya. Dia, di Bandung… saya di kota yang sama dengannya.
“Tapi, merokok bisa membuat saya melupakan kesedihan saya, Mang.”jawab saya sambil menghisap dalam-dalam rokok di kepitan jari. Lalu menghembus asapnya dan mencoba menikmatinya lagi. Sang supir berdiam diri. Mungkin enggan berdebat dengan penumpangnya yang hanya satu-satunya ini.
“Namira…”suara Dade tiba-tiba berdengung di telinga saya. Memanggil nama saya dengan fasihnya. Saya harap itu mimpi belaka. Saya mohon itu tidak nyata. Ternyata Dade ada di sebelah saya.
* * *
Kami lalu banyak bertukar cerita. Dade juga banyak bertanya. Bagaimana Amerika, katanya. Kapan saya sampai di Jakarta, mengapa saya di Bandung sendirian saja. Dan untuk apa.
Saya tak selalu menjawab pertanyaannya. Sepertinya ada yang mencekal kerongkongan saya. Menahan setiap kata yang ingin saya ucap padanya. Sepertinya ada yang melakukannya. Hingga saya berdiam tanpa menjawab apa-apa.
“Mampirlah ke rumah kapan-kapan.”ujarnya mengundang kehadiran saya. Saya hanya mengangguk untuk menyanggupinya. Entah saya benar-benar sudah sanggup atau tidak, untuk melihat realitanya. Menemui Dade dan istrinya dan anaknya. Melihat realita kalau semua sudah berbeda. Dulu, cuma cerita. Kenangan saya bersama dia tak akan lagi pernah ada.
* * *
Rumah, 01.57 PM
Mama dan papa sudah lebih dulu sampai dari Jakarta. Dengan peluk hangatnya menyambut saya. Ada juga Kak Reihan, yang langsung memberikan handuk pada saya. Membantu saya mengeringkan badan yang sudah kuyup oleh hujan. Menanyai saya dengan banyak kekhawatiran. Menyesali karena ia tak mengantarkan.
Suasana Bandung yang begitu saya rindukan. Yang sempat hilang empat tahun belakangan. Amerika hanya pelarian. Pelarian sakit hati. Pelarian tikaman benci. Pelarian tangisan sepi. Amerika bukan tempat di mana saya ingini. Namun, saya tak sanggup di sini.
Tapi sebelumnya, masih ada yang harus saya lakukan. Yang hanya bisa di Bandung saya wujudkan. Ini penyelesaian yang tertahan. Penyelesaian yang harus diselesaikan. Oleh saya. Oleh dia. Oleh mereka.
* * *
Cigending, (esok hari) 09.14 AM
Rumah sederhana itu berdiri dengan damainya. Seolah-olah penghuninya begitu bahagia. Saya iri melihatnya, karena itu bukan rumah saya. Tapi tak berarti saya tak bahagia. Saya bahagia dengan rumah megah saya. Sangat bahagia.
Seorang anak lelaki menghampiri saya. Menanyakan pada saya ada perlu apa. Dengan suara cadel-nya. Seperti yang diajarkan ayah dan ibunya. Lalu pintu rumah terbuka. Anak lelaki itu berlari ke dalamnya. “Papa…” katanya. Dan saya lihat Dade di sana.
“Ira ?!” setengah terkejut Melani menatap saya. Seolah-olah saya hantu yang sangat ditakutinya. Tapi saya dapat mengerti perasaannya. Adakah wanita yang suka, jika suaminya mengundang mantan pacarnya ? Jawabannya mutlak : TIDAK, dengan huruf kapital semua.
“Hai, Mey…”sapaku sambil tersenyum. Menunggu sampai dipersilakan masuk ke dalam. Meskipun sinar matahari pagi menghangatkan badan. Untuk berdiri di teras, saya enggan.
Keadaan rumah itu tak lebih baik dari rumah Melani. Entahlah, saya baru pertama kali ke sini. Tapi dibandingkan rumah Melani yang dua kali lipat rumah megah saya. Bangunan kecil ini tidak ada apa-apanya. Entah apa yang dicari Melani dari dia. Mungkin kasih sayang yang hilang. Mungkin pegangan di saat gamang.
* * *
Cigending, 03.15 PM
Akhirnya mereka menjelaskan semuanya. Menjelaskan apa yang seharusnya saya tahu empat tahun lalu. Ternyata, tak seperti sangkaan saya. Ternyata saya yang harusnya tahu. Kalau Melani dan Dade adalah sepasang kekasih. Kalau perjodohan yang dibuat Melani adalah ucapan terima kasih. Ucapan terima kasih karena Dade dan dia pernah punya kisah.
Sebagai ganti dirinya Melani lalu mengirimkan saya. Saya yang tidak tahu apa-apa. Yang sama sekali tak mengerti jalan ceritanya. Saya, di sana sebagai orang ketiga dalam hubungan mereka. Yang seharusnya dipersalahkan atas kehadiran saya. Cinta yang saya punya. Saya : ORANG KETIGA.
Teras rumah Dade, 01.58 AM
Malam ini saya menginap. Entah apa yang saya harap. Padahal saya hanya orang ketiga. Perusak hubungan rumah tangga. Seorang yang sama sekali tak diharapkan kehadirannya. Saya… Namira.
Sebatang rokok mulai saya sulut. Berharap langit mau menyahut. Setiap pertanyaan saya yang rancu. Tak ada yang punya jawab untuk itu. Bahkan saya. Bahkan dia. Bahkan mereka. Tapi DIA tahu. Karena Tuhan Maha Tahu.
“Sejak kapan kamu merokok, Ra ?”tanya Dade yang lalu duduk di kursi sebelah saya. Sembilan belas, saya menjawabnya santai saja. Tanpa harus merasa berdosa ataupun bangga. Karena saya jamin dia tak akan berani menanyakan kenapa.
“Sekarang umurmu 23, Ra.”kata Dade, entah dengan maksud apa. Saya tahu, dan umurmu tiga puluh tujuh, seru saya. Cuma dalam hati saja. Dade menatap saya lama. Sesaat seperti memiliki waktu, kembali ke empat tahun lalu.
“Tidak bisa !”saya menepis tangannya di wajah saya. Bayangan Kak Reihan memenuhi benak saya. Segera saya mengambilnya dan meyerahkannya pada dia. Dade cuma terdiam menatapnya. Dia tidak menatap saya. Dia hanya diam seperti empat tahun lalu. Ketika dia memberitahu. Melani hamil karena dia.
“Itu hanya contoh. Saya belum bikin untuk disebar.”ujar saya. Namun tiba-tiba Dade mengambil rokok saya. Menyulut dan menyalakannya. Perlahan, mulai mengisapnya.
Saya tak mengira. Saya pikir Dade tidak suka. Dengan rokok dan segala macamnya. Saya pikir rokok seperti saya. Ternyata, lagi-lagi saya salah terka.
“Kalau kamu rokok, aku akan menyukainya meskipun membenci asapnya. Tapi, aku menyesali pernah menyukaimu sama seperti aku menyesali perbuatan bodohku bersama Mey. Waktu berlalu, Ra ! Waktu bersama kamu, nggak ada yang bohong tentang perasaanku. Kamu benar-benar bisa membuatku melupakan Mey. Menggantikannya bahkan lebih…”Dade bicara berceloteh. Sebelum selesai dia berkata, saya memotongnya.
“Bagaimanapun itu dulu. Sekarang yang ada hanya : Dade dan Melani, Namira dan Reihan. Semuanya selesai. Besok sore saya berangkat ke Jakarta. Kamu nggak usah memikirkan saya lagi. Pikirkan, anakmu dan Melani yang sedang hamil tua.”kataku seraya menyundut rokok ke asbak dan kembali ke kamar.
* * *
Dalam mobil, 04.19 PM (menuju Jakarta)
Di dalam mobil bersama Kak Reihan. Rasanya seperti bermain peran. Saya merasa berada dalam konflik cinta CINTAPUCCINO. Hanya saja, dia yang saya punya tak seberarti NIMO. Dade hanya sepenggal kisah dalam waktu. Yang lambat laun akan berlalu.
BANDUNG hari ini, terlalu cerah untuk sang abu-abu. Terlalu terik untuk sang rintik. Terlalu bahagia untuk duka. Terlalu manis untuk pahit, terlalu banyak senyuman untuk menangis. Bandung hari ini, apa dia tahu ? Apa dia merasa ? Bandung hari ini...cinta itu sudah tiada.

SAHABAT MAAFIN AKU


Sinta adalah sahabatku di SMA Santo Louis yang menderita penyakit leukimia, yang semakin hari semakin parah, tetapi Sinta tak pernah mengeluh terhadap penyakit yang di deritanya itu, dia juga tidak ingin orang tau tentang penyakitnya itu yang sudah dia derita hampir 7 tahun lamanya, dokter sudah memfonis bahwa umur Sinta tidak lama lagi, itu artinya Sinta sebentar lagi akan meninggalkan kita semua...

-di Sekolah-
Saat Sinta berjalan ke kantin bersama Sindy sahabatnya, tiba-tiba Sinta mengeluh bahwa kepalanya pusing, tetapi Sinta berusaha menutupinya, karena dia tidak mau sahabatnya itu khawatir dengannya.
“kamu duluan aja Sin, aku mau ke kelas dulu” katanya
“oh ya udah gapapa, tapi kalau kamu butuh bantuanku bilang aja gak usah sungkan ya” jawabnya lembut
“ok sip” katanya lagi sambil menutupi rasa sakitnya itu pada sahabatnya dan bergegas pergi ke kelas,,

Sebelum sampai di kelasnya tepatnya di depan ruang guru, Sinta tiba-tiba pinsan karena sudah tidak kuat menahan rasa sakit yang dideritanya itu.

Tiba-tiba pak Adi guru fisikaku langsung membawa Sinta ke UKS, dan segera menghubungi orang tua Sinta untuk segera datang ke sekolah untuk membawa Sinta pulang.

Ternyata di sekolah Sinta mempunyai seorang pacar yang namanya Rico, dia anak basket yang dikagumi banyak cewek-cewek di sekolahku, dan aku sih juga suka sama Rico. Secara Rico itu udah ganteng multitalent lagi, siapa coba yang gak terpesona sama ketampanannya.


Cerpen Sahabat Maafkan Aku
Menurutku Sinta termasuk orang yang pintar, disukai banyak orang, baik hati, dan suka menolong, tidak pernah menyusahkan orang lain, dia selalu mandiri. Sangat berbeda dengan sifatku, aku ingin menjadi orang seperti Sinta, tapi aku rasa itu tak pernah bisa. Dalam sebulan mamaku harus menghabiskan uang belanjanya hanya untuk membelikanku jam beker karena aku susah bangun, dan saat jam bekerku bunyi aku selalu melemparnya, hingga rusak.. Tiba-tiba lamunanku buyar,
“Rista...”

Sepertinya ada orang yang memanggilku, batinku.
“Rista...”

Suara itu lagi, batinku, uh jangan-jangan tempat ini angker lagi, lalu aku segera berlari meninggalkan taman depan UKS itu. Saat aku berlari tiba-tiba ada sesorang yang menarikku dari belakang.
“Rista.....” jerit orang itu
“apa sih ?” jawabaku, sambil membalik badan, dan spontan kaget
“dasar, dipanggil dari tadi baru nyaut” kata orang itu

Wow Rico huu, ganteng, gak salah ya, sekarang aku lagi di hadapannya Rico, aku lagi ngomong sama Rico,, huu, rasanya kayak mimpi,
“Rista..” teriak orang itu
“iyya Rico, apa ? hobby ya ngagetin orang” jawabku kaget,
“bukannya hobby, tapi kamu dari tadi  gak jawab pertanyaanku, apa kamu gak mau ya ngomong sama aku ?” jawab Rico datar
“bu...bukan gitu maksud aku Ric, aku denger kok tadi kamu ngomong apa sama aku, sorry ya Ric gak marah kan ?”
“Rico..”

Tiba-tiba ada suara dari lapangan yang memanggil Rico ternyata itu Reva teman basket Rico,
“maaf ya Ta aku harus pergi” kata Rico padaku
“tap....i” belum selesai aku berbicara dengannya, dia malah langsung pergi meninggalkanku di koridor sekolah, ihh gara-gara si Reva resek itu, yang mukanya mirip tong sampah,,, huu sebel... keluhku. Sudahlah lebih baik aku pergi ke taman.

-di Taman-
Aku berjalan di tepi taman dan duduk dikursi taman yang berwarna putih,, disana aku hanya memandangi orang yang sedang asik berpacaran, tiba-tiba aku teringat dengan wajah Rico saat memanggilku tadi, senyumnya.... wow sumpah deh ganteng banget deh dia. Kapanya aku bisa seberuntung Sinta punya pacar yang baik and ganteng gitu kayak Rico itu, hah idaman banget deh pokoknya.
“Let the music blast We gon’ do our dance Bring the doubters on They don’t matter at all Cuz this life’s too long” tiba-tiba lagu Justin Bieber-Never Let You Go terdengar dari ponselku ternyata ada message dari Rico.

Rico Ganteng
+6285727913665
2012-02-19
10:59

Rista... aku tunggu kamu di cafe cake sekarang.

Wow pesan dari Rico, seneng banget deh aku... segera aku beranjak dari kursi taman yang berwarna putih itu, bergegas menuju mobil jazz ku tersayang,

Saat aku berada di perempatan jalan merpati, ternyata di sana macet dan segera ku kirim pesan ke Rico.

To : Rico ganteng
+6285913665

Rico... maaf ya kayak.a aku agak lama, cOz di jalan merpati lagi macet, thnkq

Beberapa lama kemudian aku melihat notification dari ponselku “messages sent” hatiku sudah terasa tenang setelah melihat notif itu, mungkin Rico sudah mengerti keadaanku saat ini.
“Let the music blast We gon’ do our dance Bring the doubters on They don’t matter at all Cuz this life’s too long” tiba-tiba lagu Justin Bieber-Never Let You Go terdengar dari ponselku lagi, ternyata message dari Rico.

Rico Ganteng
+628727913665
2012-02-20
11:23

Ya sudah,tak apa lah Ta, aku tunggu kamu... :*

Wow emot itu buat... rasanya aku ngefly tinggi bersama paus akrobatis meluncur dengan rasi bintang paling manis, hahaha #korban iklan nih gue J

Sadar Rista sadar, gak mungkin lah Rico itu bisa suka sama aku. Lagian kan Rico masih punya Sinta jangan berhayal deh Ris,,,

Di jalan tak henti-hentinya aku menlakson mobilku, supaya orang-orang mengerti kalau aku sedang terburu-buru, uhh.. menyebalkan deh, kalau gini caranya mendingan terbang ajja deh, tapi sayangnya gak bisa terbang sih...

Setelah menunggu hampir setengah jam di jalan merpati, akhirnya mobil jazz putihku baru bisa melaju lancar, oh syukurlah... batinku dalam hati,, sambil mencari cafe cake di sekitar jalan merak..

Tak lama kemdian aku menemukan sebuah bangunan megah yang bertuliskan “Cafe Cake” di dekat pintu bangunan itu,, Wow keren sekali, Rico mengajakku ke tempat semewah ini batinku, dari balik kaca aku melihat seorang cowok tinggi, putih, sedang asik memainkan ponsel kesayangannya itu, tak sabar lagi aku ingin bertemunya...

Segera aku memarkirkan mobil jazz putihku di depan cafe itu...

-di Cafe Cake-
Setelah aku memarkirkan mobil kesayanganku itu segera aku bergegas masuk ke Cafe itu untuk bertemu seorang cowok idamanku,  sebelum memasuki cafe itu aku mencoba merapikan rambutku yang berantakan dan mengatur nafasku agar tidak terkesan gerogi,,, 1..2..3.. aku mengumpulkan semua keberanianku untuk memasuki cafe itu,,,

Lalu akupun memberanikan diri untuk membuka pintu cafe itu, dan aku mencari-cari seorang cowok yang tidak asing lagi menurutku,, dari kejauhan Rico pun memangggilku,
“Rista...” panggil Rico
“haii Rico,, maafkan aku karena telah membuatmu menunggu lama” jawabku sambil menghampiri cowok keren itu
“ohh,, santai saja, aku sudah terbiasa menunggu” jawab Rico datar sambil memelukku

Wow, Rico memelukku,, mimpikah aku ini, mendapat pelukan dari orang seganteng dan sekeren Rico ini, apa arti pelukan Rico kepadaku ?, batinku dalam hati sambil tersenyum kepada Rico,
“maaf Ric” kataku, sambil melepaskan pelukan Rico...
“oh okay” ujarnya
“BTW kenapa kamu mengajakku ke Cafe ini, ada hal yang pentingkah ?” jawabku lembut
“ada sesuatu yang pengen gue omongin ke lo Ta” kata Rico sambil memegang tanganku
“hmm, sebenernya apa sih yang lo mau omongin ke gue, sepenting apa?” ujarku
“g....gue suka sama...”
“apa ? lo suka sama suasana cafe ini ?” jawabku memotong pembicaraan Rico tadi
“bu...bukan” jawab Rico gugup
“terus ?” tanyaku
“gue suka sama lo” ucap Rico
“hah ? lo suka sama gue Ric ? tapi kan kamu punya Sinta” jawabku gerogi
“iya sih... tapi gue lebih suka sama lo Ta, karena lo lebih cantik dari Sinta, gimana ta lo mau gak jadi pacar gue ?” katanya
“iyya Ric gue mau jadi pacar lo, meskipun gue harus jadi pacar kedua lo” jawabku senang
“beneran nih Ta” tanyanya lagi
“iyya” jawabku singkat

Setelah lama aku berbicara dengan Rico, tiba” lagu Justin Bieber – Overboard terdengar pelan dari ponselku,, setelah aku melihat di layar ponselku ternyata ada telfon dari “mama”
“maaf ya angkat telfon dulu, dari mama” kataku
“oh okay sayang” jawab Rico perhatian

Bergegas ku meninggalkan Rico dan mengangkat telfon dari mamaku
“hallo mam” ucapku lembut
“kamu dimana sekarang ?” tanya mama
“aku sekarang lagi di Cafe Cake, what’s up mam ?
“mama minta kamu datang ke RST sekarang” ucap mama resah sambil menutup telfonnya

Hmm, kira-kira ada apa ya? Batinku, segera aku kembali menemui Rico untuk berpamitan pulang
“hei sayang, gimana ?” tanya Rico padaku
“maaf sayang, aku harus segera menemui mama di RST” jawabku lirih
“oh ya sudah, tak apa, perlu aku antar ?”
“oh, gak perlu sayang, aku bawa mobil kok” jawabku menolak
“okay deh, hati-hati ya sayang” ucapnya sambil mencium keningku
“sip” jawabku sambil meninggalkan Rico

Segera aku berlari meniggalkan cafe itu dan menuju mobil jazz putihku,

Di jalan aku teringat kejadian di cafe tadi saat bersama Rico, sudah benar-benar gilakah aku ini menghianati sahabatku sendiri, maafkan  aku Sinta hanya karena seorang cowok aku merusak persahabatan kita ini, Rista sadar Rista batinku dalam hati.

Aku bergegas memarkirkan mobilku di depan RST itu dan ternyata mama sudah menunggu aku di depan RST sambil menangis,
“what’s up mam ?” tanyaku pada mama

Mama hanya diam, tidak mengucapkan satu katapun, dan langsung membawaku ke ruang melati lantai 6, ternyata.... aku tidak percaya.... mengapa aku tidak mempunyai firasat sama sekali tentang Sinta, malah aku pergi menemui Rico di cafe itu... aku sangat menyesal.... ingin rasanya memutar balikkan waktu, aku akan minta maaf pada Sinta, dan tidak akan mengianati persahabatan yang sudah kita buat selama ini,

Segera aku berlari ke kamar dimana Sinta di rawat, sambil menangis, menyesali perbuatan yang sudah aku lakukan pada Sinta aku merebut Rico dari Sinta, oh Sinta maafkan aku, di sebelah jenazah Sinta aku menjelaskan semuanya pada Sinta, semoga Sinta mendengarkan penjelaskan ku tadi, meskipun itu sangat mustahil, tak henti-hentinya aku mengucapkan kalimat “maaf” di sebelah jenazah Sinta...

Aku teringat pada Rico, bagaimanapun juga Rico itu pacar Sinta, jadi aku harus memberi tau Rico tentang apa yang terjadi pada Sinta sekarang ini, aku menelfon Rico sambil menangis. Aku mencari nomer Rico di phonebookku tetapi dalam keadaan gawat begini tiba-tiba nomer Rico hilang, tak tau bagaimana lagi untuk memberi tahu Rico,,

Oh iya Reva, apa aku titip pesan saja ya pada Reva ntuk menyampaikan kepada Rico bahwa Sinta sudah tiada, batinku

Segera ku kirim pesan pada Reva...

Reva Bawel
+628727334512
2012-02-19
20:23

Reva,, gawat,, aku mau kamu ngirim message ini ke Rico

Rico sayang.. aku minta kamu sekarang datang ke rumah Sinta, karena sebentar lagi Sinta akan dibawa pulang, karena sebenarnya Sinta sudah pergi meninggalkan kita semua...

Tak lama kemudian di layar ponselku tertulis “message sent” aku lumayan lega, semoga Reva membaca message dari aku itu.

Tiba-tiba aku mendapat sebuah message dari Reva bahwa Rico juga sudah pergi meninggalkan kita semua karena kecelakaan yang dialaminya tadi sore di jalan delima setelah pulang dari Cafe Cake. Aku tak bisa membendung air mataku lagi, sekarang kedua orang yang sangat aku sayang pergi meninggalkanku, Tuhan kenapa kau tak bisa adil kepadaku ini, aku harus kehilangan kedua orang itu,,

Saat pemakaman Rico dan Sinta aku merasa sangat bersalah, karena telah menjadi orang ketiga dalam hubungan merekan, Sinta maaf kan aku, Rico mengapa kau datang dalam hidupku ini,

Aku mencoba mengikhlaskan orang yang aku sayangi itu, dan memulai hari baru tanpa mereka berdua, aku harus bisa, dan aku harus semangat !

Semua kejadian ini membuat aku mengerti tentang artinya hidup, kehilangan, mencintai, dan dicintai...